August, 6th 2014
Sebelumnya, Minal Aidzin Walfaidzin, mohon maaf lahir dan batin temen-temen :)
Its been a while since my last post (perasaan ini sering banget ku bilang deh), and i have a bad news. Harddisk eksternalku rusak, padahal foto-fotoku disitu semuaaa T-T Jadi mau lanjutin post-an ku yang kemarin juga gimana. Nunggu harddisku bener dulu deh. Semoga cepet dan data nya bisa diselamatin. Amin. Soalnya i feel wrong kalau nulis loncat-loncat tuh hehe
So whats new?
Apa ya, my life doesn't change much lately but everything is good, Alhamdulillah. Sebenernya tertarik nulis karena lagi ada yang dipikirin. Mau aku share ya, would be awesome if you share me yours :D
Belakangan ini agak terganggu dengan pemikiran orang-orang terhadap putus atau jadiannya orang lain, dimana kerasa banget kalau mereka merasa berhak menjudge atau giving their comment about that. Misalnya nih, ketika ada orang yang deket dan gak jadian-jadian terus mereka berspekulasi tentang alasannya. "ah pasti cuma di php-in" atau ada yang baru jadian "matre ah", atau ada dua orang yang putus "cowoknya sih gatel" atau ketika ada yang move on duluan "jahat banget sih dia", well..beberapa bahkan sampe ngambek gara-gara itu dan ngerasa berhak mendapat penjelasan dari yang bersangkutan.
For God sake, seriously people?
Memang ya, bergunjing atau bergosip itu udah kaya fitrahnya cewek. Ketemu temen cewek abis kangen-kangenan ya pasti gosip. But talking about it in public, whether its on the large group or in social media are completely different things.
Girls, berteman saja ngga membuat kita jadi berhak ngomongin atau menjudge seseorang. Teman yang baik menurutku tahu kapan dia bertanya secara baik-baik, kapan tidak bertanya dan kapan untuk not saying anything to anyone ever.
Unless you're cabe-cabean and your friend is cabe-cabean who's dating another cabe-cabean yang bisa putus gara-gara telat bales bbm doang, baru deh kalian boleh menjudge atau ngomongin orang kaya gitu. Karena di umur dua puluh sekian sekian, be with or be without someone is something that we do with our own consideration. Gak mungkin rasanya putus atau jadian tanpa dipikirin dulu, tanpa alasan, tanpa banyak pertimbangan.
Alasan ini ada yang bisa (dan mau) mereka share, ada juga yang ngga. Its purely their right. Dan kita, sebagai outsider seharusnya bisa menghargai itu. Menurutku gak ada yang putus dan purely happy inside out, bahkan putus karena kekerasan aja (which is a good choice) pasti sedikitnya menyisakan sakit, sedih. Begitupun yang baru jadian, belum tentu kalau mereka ga sedih lagi kan? Gak ada juga yang move on, be happy tanpa proses penyembuhan diri. Mengutip kata-kata nya Falla Adinda "Yang kalian liat itu seneng-seneng nya dia, Malam-malam penuh tangisnya dia simpan sendiri".
My point is, Lets be wise by leave it to the both of them. Janganlah menjudge seseorang jahat karena terlihat bahagia duluan, menganggap lemah seseorang karena sedih berkelanjutan, mengecap jelek orang yang gonta-ganti pacar, menyalahkan sesorang karena memutuskan hubungan, mempertanyakan kenapa mereka gak putus-putus atau kenapa gak jadian-jadian (or even married!). They have their reason, and we have our own mouth to shut up. Its never out business anyway. Kitapun sebenernya gak mau kan digituin orang?
Orang mau jadi hakim aja sekolahnya susah ya. Kita orang awam ini kok kadang suka sok-sokan banget pengen jadi hakim sosial. :P
Udah ah, Peace.
Raisha :*