Dipenghujung liburan yang tinggal lima hari lagi, minat saya untuk membaca terasa terjun payung. Buku terakhir yang saya pinjam cuma berhasil saya baca satu bab. Maka saya meniatkan untuk tidak meminjam buku lagi, saya hanya akan datang, mengembalikan buku, membayar denda keterlambatan, dan pulang. Lima menit saya rasa cukup, dan sisa hari ini akan saya habiskan dengan karaoke dan makan pizza bersama adik.

Tapi perkiraan lima menit itu berubah saat saya melihat rak novel remaja. Ah, ternyata selama ini saya menjamah novel-novel dewasa tanpa sadar. Dan begitu melihat tulisan dewi lestari, habis sudah setengah jam saya disitu.

Buku-buku dewi lestari terpampang manis di rak itu, dan lengkap.

Saya sampai harus memikirkan berulang ulang buku mana yang baiknya saya baca terlebih dahulu.

Dan FILOSOFI KOPI inilah yang saya bawa pulang. Kenapa? karena pacar saya pencinta kopi. hehe

Filosofi kopi ini merupakan kumpulan cerita dan prosa satu dekade. Terdiri dari 18 judul. Yang paling mengena dihati saya ada beberapa : Filosofi Kopi, Surat Yang Tidak Pernah Sampai, Salju Gurun, dan Spasi. Jangan tanya bagus atau tidak. Saya sampai mengetik ulang keseluruhan bab, tidak kurang dan tidak lebih. Minat baca saya meningkat tajam, satu hari tiga buku saya lahap. 

Perkenalan dengan Dewi Lestari dimulai saat saya sma, ketika sarapan telur dadar orak-arik sambil menonton tv saya melihat video klip "malaikat juga tahu"-nya Dewi Lestari. Lirik dan ceritanya begitu mengena sampai akhirnya saya tahu bahwa Dewi Lestari adalah seorang penulis (juga).

Bukunya rectoverso resmi jadi milik saya beberapa hari kemudian dan jadilah saya, penggemar fanatiknya.

Tulisannya sangat khas, merdu, melankolis, merayu tapi tidak gombal, penuh detail tanpa jadi bertele-tele, indah dan sangat adiktif.

Mba, ayo kapan-kapan kita bertemu?

Saya akan memesan cappuccino, kopi paling gentil kalau kau bilang, dan kau bebas memesan apa saja. Saya akan traktir asal mba mau membagi kata-kata dengan saya.

maukah?

n.b : nampaknya keinginan saya berlebihan :p