reading time(again)~
4:18:00 PMAh, buku ini..
Selalu bikin merinding setiap kali aku baca. And all the sudden i remember my self, my sister..its around us, yes it is. We should more careful from now on. Earth and hell is hard to differentiate now days.
Setelah perjalanan panjang yang melelahkan gadis-gadis itu digiring ke ruang utama, tempat mereka bertemu dengan pemilik mereka. Laki-laki durjana itu mengatakan bahwa ia telah membeli mereka dengan harga masing-masing $10.000 dan mereka akan menjadi miliknya sampai bisa membayar utang sebesar $20.000. Diberitahunya gadis-gadis itu bahwa mereka harus mulai bekerja untuk membayar utang malam ini juga dengan melayani klien. Ia juga memperingatkan gadis-gadis itu bahwa siapapun yang menolak bekerja akan segera dihukum berat. Untuk menegaskan maksudnya, si pemilik melirik ke arah Avi. Raksasa berbulu yang menjaga pintu itu menyeringai mengancam gadis-gadis yang ketakutan.
malam itu, untuk pertama kalinya aku mengetahui bagaimana rasanya menjadi pelacur. Aku harus melayani delapan laki-laki. Aku mandi tiap kali selesai melayani orang tapi aku tak bisa membersihkan najis yang menempel pada diriku. Empat bulam sesudahnya, aku tak tahu lagi berapa banyak laki-laki Israel yang terpaksa kulayani. Laki-laki muda, tua, gendut, menjijikan. Prajurit, suami, bahkan pemuka agama. Biarpun aku sedang sakit atau datang bulan, aku harus tetap bekerja atau dihukum.
Selama masa itu, marika terus-menerus mencari cara untuk kabur, tapi jendela-jendela apartemen dua kamar itu dipaku dan di gendut Avi selalu bersiaga.
Aku memohon pertolongan dari beberap klien yang kelihatan bersimpati. Aku meminta pinjam telepon seluler mereka untuk menelepon ibuku, hanya untuk memberi tahu dia bahwa aku masih hidup. Semuanya menolak, bahkan yang pemuka agama. Mereka cuma mengeluh pada Avi jika aku tak memuaskan mereka. Kalau sudah begitu, aku akan ditampar, utang biaya perjalananku ke Israel ditambahi denda, dan aku tidak diberi makan seharian. Sering aku berpikir untuk bunuh diri, tapi lalu aku mengingat ibu dan adik-adikku yang malang. Tiap hari aku berdoa agar diselamatkan. Tapi tiap hari berlalu begitu saja.
Ketika melayani klien yang terus-menerus datang, ada satu hal yang membuat Marika bertanya-tanya. Sebagian besar klien tak membeda-bedakan asal-usul gadis-gadis itu. Tak peduli aslinya mereka itu dari Rusia, Moldova, Romania, atau Ukraina. Dimata para laki-laki hidung belang itu, mereka semua gadis Rusia. Yang lebih aneh lagi adalah cara sebagian besar laki-laki itu memanggil mereka. "Mereka panggil kami Natasha. Tak pernah sekalipun mereka menanyakan nama asli kami. Bagi mereka, kami semua Natasha.".
"Kami adalah fantasi seks mereka. Manusia-manusia bejat itu berjalan masuk bordil dan sambil nyengir mereka memanggil 'Natasha!' seolah-olah kami ini semacam boneka Rusia. Dan kami harus tersenyum dan menghampiri mereka." Marika mengingat saat pertama kali ia dipanggil dengan nama itu.
Babi gendut yang mandi keringat itu hampir mencapai klimaks dan ia mulai menggumam, "Oh, Natasha ! Natasha !" Awalnya kupikir aneh juga rasanya dipanggil dengan nama lain. Tapi aku segera menerimanya sebagai pelarian. Ketika aku larut dalam pikiran dan impian, aku adalah Marika-yang bebas dari penjara ini. Tapi kerika aku sedang bersama seorang laki-laki, aku menjadi seorang perempuan lain-pelacur bernama Natasha yang mati dan dingin dalam diriku. Natasha adalah mimpi burukku. Marika adalah penyelamatanku. Aku tak pernah memberi tahu nama asliku kepada semua laki-laki itu. Dan mereka tak pernah bertanya.
Sedikit kutipan dari buku ini. Semakin banyak halaman yang kamu baca, semakin kamu akan terkaget-kaget dengan apa yang terjadi di dunia ini, dunia dimana perempuan sudah seperti barang dagangan yang dapat diperjual belikan tanpa lagi menghiraukan hak asasi atau martabatnya sebagai manusia.
0 comments